Bagi orang Demak, gerebeg besar sudah tidak asing lagi, tapi siapakan orang dibalik terselenggaranya pasar malam di gelaran Gerebeg Besar? H...
Bagi orang Demak, gerebeg besar sudah tidak asing lagi, tapi siapakan orang dibalik terselenggaranya pasar malam di gelaran Gerebeg Besar? H. Muntohar adalah pengusaha pasar rakyat yang mengisi acara pasar rakyat gerebeg besar. Kali ini kami akan menampilkan wawancara wartawan tribun jateng dengan dia. Banyak pelajaran ilmu bisnis yang dapat kita ambil dari dia yang mengawali usahanya dengan jualan bakso dan kerja serabutan dari menjadi tukang semir sepatu, jual teh botol, jualan bakso hingga berhasil jadi pengusaha dan anggota legislatif DPRD Demak periode 2014-2019. berikut ini wawancaranya:
Strategi Direktur Utama Diana Ria Enterprise Muntohar Pertahankan Bisnis Pasar Rakyat
Pasar malam atau dalam arti lain pasar rakyat menjadi bisnis yang ditekuni H. Muntohar sejak tahun 2004 hingga sekarang. Tak mudah mengembangkan bahkan bertahan ditengah gerusan hiburan yang lebih modern dan diminati masyarakat. Namun Muntohar punya strategi hingga bisa terus menggelar hiburan rakyat di berbagai daerah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, juga Jawa Tengah.
Berikut ini penuturan Direktur Utama CV. Diana RIa Enterprise Muntohar kepada wartawan Tribun Jateng Deni Setiawan, Hermawan Handaka, dan YS Adi Nugroho di Demak, Sabtu (22/3/2015)
Kapan Mulai menjalankan bisnis Pasar Malam ini?
Saat itu, saya masih berjualan bakso bersama ayah mertua, Subadi dan ikut keliling Gembira Ria, group Pasar malam milik Martono. Sasya duduk termenung dan memandang dari kejauhan wahana kereta mini yang sedang dijalankan dan dipadati pengunjung pasar malam. Muncul pertanyaan harga wahana tersebut. Akhirnya saya bertanya kepada sang mandor atau koordinator pasar malam.
Dia menjelaskan butuh dana Rp 25 - 35 Juta per set untuk memilikinya. Setelah berfikir, saya beranikan diri menggunakan tabungan Rp 10 juta untuk membuat kereta mini seperti di pasar malam. Memang tidak langsung Jadi. Kekurangannya saya mencicil ke tukang las sampai akhirnya kereta mini itu rampung sekitar 2001. Untuk mengelolanya saya titipkan ke Martono dan saya menerima bagi hasil.
Uangnya saya kumpulkan lagi hingga 2003 saya bisa memiliki satu unit wahana permainan dan terus bertambah. Hingga akhirnya tahun 2004 saya memberanikan diri menjalankan dan berkeliling tanpa ikut martono. Wahananya memang belum komplit, tapi cukup menarik misal kereta mini, komedi putar, juga kincir angin. Bersyukur Martono merestui usaha saya ini.
Bagaimana Mengembangkannya?
Di awal menggembangkan bisnis ini saya menerapkan sistem ngontrak. maksudnya untuk melengkapi wahana permainan, saya menyewa beberapa set permainan kepada pengusaha di wilayah kami tampil. Misal, ketika itu kami bekerja sama dengan Berkah Ria. Dalam satu lokasi minimal membutuhkan enam loket. Konsep sewa yang saya terapkan selama sekitar empat tahun atau sejak 2004-2008.
Tapi, dari pendapatan menggelar pasar malam, saya sisihkan dan membeli wahana permainan. Dan 2008 saya bisa menambah 6 set mainan. Di situ saya merasa memperoleh berkah dari bisnis ini. Pasar malam melalui menyediakan berbagai wahana permainan menjadi denyut nadi saya menafkahi istri dan anak saya. termasuk karyawan yang saya rekrut.
Apa Kendala atau hambatan utama menjalankan bisnis ini?
Ada banyak dinamika dalam menjalani bisnis pasar malam. Tidak selalu semua berjalan lancar sesuai harapan. Meski demikian, semua harus saya syukuri karena masih dapat diberi barokah atau berkah sehingga tetap bisa memberi gaji karyawan.
Kendala utama bisnis ini adalah hujan. Setiap musim hujan, pendapatan tidak sederas pada musim kemarau. Wahana permainan dan stan pedagang yang mengikuti sama-sama sepi pengunjung. Tapi mau gimana lagi?
Kami juga menunda pasar malam karena tidak mendapat izin saat anak-anak sedang menempuh ujian nasional. Saya pribadi memaklumi dan menghormati. Kalau memaksakan kehendak bisa-bisa ada protes dari orang tua. Ketiga wahana permainan modern. Kami harus pandai mengemas pasar malam agar omzet tidak makin merosot.
Menurut Anda, Prospek bisnis pasar malam ke depan?
Bisnis apapun memang akan mengalami masa-masa pasang surut. Dibanding awal saya menjalankan bisnis ini, tahun 2004-2008, saya katakan sekarang ini merupakan kondisi surut kami. Dulu, setiap wahana yang ada selalu dipadati pengunjung. Akhirnya, pedagang yang ikut juga banyak dan itu meringankan biaya sewa tempat. Bisa dikatakan saat itu merupakan masa jaya bisnis pasar malam.
Tapi saya optimis ke depan bisnis ini tetap berjalan. Saya selalu sampaikan ke seluruh karyawan apapun kondisinya sepi atau ramai, harus tetap dijalankan secara optimal sehingga pengunjung tidak kecewa. Semua harus dijalankan secara profesional karena ini modal utama menjalankan bisnis. Itulah dinamika bisnis yang harus dijalankan. Apapun kendalanya harus dilalui demi kelangsungan bisnis.
Bagaimana meminimalkan insiden di Wahana?
Saya masih ingat ketika terjadi insiden digelaran dugderan di Kota Semarang, pada 2011 lalu. Hasil investigasi, pemasangan wahana tidak pernah di aspal sehingga seakan-akan getaran mesin menjadi pemicu baut wahana lepas sehingga insident terjadi. Berkaca dari paengalaman itu , saya sangat menekankan safety. Bagaimanapun, keamanan dan kenyamanan menjadi fokus utama bisnis ini.
Saya berkali kali, bahkan setiap hari, saya memantau meskipun melalui sambungan telepon untuk memastikan mandor dan karyawan mengecek keamanan setiap wahana yang dijalankan. Apabila ada baut atau mur yang aus harus diganti agar tidak menimbulkan musibah. Pengecekan dilakukan jelang sore.
Untuk wahana yang sekiranya sudah berumur, saya ganti juga dengan yang baru. Bahkan demi menghadapi persaingan di bisnis ini secara bertahap saya kompinasikan antara yang tradisional dan wahana modern.
Hal utama apa yang harus dimiliki untuk menjalankan bisnis ini?
Berdasarkan pengalaman, tolak ukur bisnis pasar malam adalah prinsip kejujuran. Baik itu antara pimpinan dengan karyawan, karyawan dengan mitra, masyarakat setempat, hingga pengunjung.
Selain itu konsekuen. Perubahan tentu boleh dan wajib. Tetapi tidak boleh mengurangi rasa senang, nyaman, maupun keamanan pengguna wahana Setidaknya, meskipun pasar malam, juga menyuguhkan produk yang mengikuti perkembangan zaman dan tidak monoton.
Karena ini usaha dilapangan, perbanyak silaturahim serta komunikasi dengan lingkungan setempat. Mereka yang berada di sekitar lokasi kegiatan pun diajak bekerja sama. Misal remaja, dilibatkan mengurus parkir kendaraan pengunjung. Tujuannya memperoleh kepercayaan dan saling membawa keuntungan bersama. Itu yang selalu saya terapkan, dan hasilnya Diana Ria tetap menjadi perusahaan pasar malam yang dipercaya mitra maupun publik, baik di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, hingga Jawa Barat.
Biodata Singkat:
Nama: Muntohar
Lahir: Demak,6 Agustus 1975
Istri: Sumarni
Anak : Diana Litasari
Pendidikan : Sedang menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Unisula
Jabatan:
Strategi Direktur Utama Diana Ria Enterprise Muntohar Pertahankan Bisnis Pasar Rakyat
Pasar malam atau dalam arti lain pasar rakyat menjadi bisnis yang ditekuni H. Muntohar sejak tahun 2004 hingga sekarang. Tak mudah mengembangkan bahkan bertahan ditengah gerusan hiburan yang lebih modern dan diminati masyarakat. Namun Muntohar punya strategi hingga bisa terus menggelar hiburan rakyat di berbagai daerah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, juga Jawa Tengah.
Berikut ini penuturan Direktur Utama CV. Diana RIa Enterprise Muntohar kepada wartawan Tribun Jateng Deni Setiawan, Hermawan Handaka, dan YS Adi Nugroho di Demak, Sabtu (22/3/2015)
Kapan Mulai menjalankan bisnis Pasar Malam ini?
Saat itu, saya masih berjualan bakso bersama ayah mertua, Subadi dan ikut keliling Gembira Ria, group Pasar malam milik Martono. Sasya duduk termenung dan memandang dari kejauhan wahana kereta mini yang sedang dijalankan dan dipadati pengunjung pasar malam. Muncul pertanyaan harga wahana tersebut. Akhirnya saya bertanya kepada sang mandor atau koordinator pasar malam.
Dia menjelaskan butuh dana Rp 25 - 35 Juta per set untuk memilikinya. Setelah berfikir, saya beranikan diri menggunakan tabungan Rp 10 juta untuk membuat kereta mini seperti di pasar malam. Memang tidak langsung Jadi. Kekurangannya saya mencicil ke tukang las sampai akhirnya kereta mini itu rampung sekitar 2001. Untuk mengelolanya saya titipkan ke Martono dan saya menerima bagi hasil.
Uangnya saya kumpulkan lagi hingga 2003 saya bisa memiliki satu unit wahana permainan dan terus bertambah. Hingga akhirnya tahun 2004 saya memberanikan diri menjalankan dan berkeliling tanpa ikut martono. Wahananya memang belum komplit, tapi cukup menarik misal kereta mini, komedi putar, juga kincir angin. Bersyukur Martono merestui usaha saya ini.
Bagaimana Mengembangkannya?
Di awal menggembangkan bisnis ini saya menerapkan sistem ngontrak. maksudnya untuk melengkapi wahana permainan, saya menyewa beberapa set permainan kepada pengusaha di wilayah kami tampil. Misal, ketika itu kami bekerja sama dengan Berkah Ria. Dalam satu lokasi minimal membutuhkan enam loket. Konsep sewa yang saya terapkan selama sekitar empat tahun atau sejak 2004-2008.
Tapi, dari pendapatan menggelar pasar malam, saya sisihkan dan membeli wahana permainan. Dan 2008 saya bisa menambah 6 set mainan. Di situ saya merasa memperoleh berkah dari bisnis ini. Pasar malam melalui menyediakan berbagai wahana permainan menjadi denyut nadi saya menafkahi istri dan anak saya. termasuk karyawan yang saya rekrut.
Apa Kendala atau hambatan utama menjalankan bisnis ini?
Ada banyak dinamika dalam menjalani bisnis pasar malam. Tidak selalu semua berjalan lancar sesuai harapan. Meski demikian, semua harus saya syukuri karena masih dapat diberi barokah atau berkah sehingga tetap bisa memberi gaji karyawan.
Kendala utama bisnis ini adalah hujan. Setiap musim hujan, pendapatan tidak sederas pada musim kemarau. Wahana permainan dan stan pedagang yang mengikuti sama-sama sepi pengunjung. Tapi mau gimana lagi?
Kami juga menunda pasar malam karena tidak mendapat izin saat anak-anak sedang menempuh ujian nasional. Saya pribadi memaklumi dan menghormati. Kalau memaksakan kehendak bisa-bisa ada protes dari orang tua. Ketiga wahana permainan modern. Kami harus pandai mengemas pasar malam agar omzet tidak makin merosot.
Menurut Anda, Prospek bisnis pasar malam ke depan?
Bisnis apapun memang akan mengalami masa-masa pasang surut. Dibanding awal saya menjalankan bisnis ini, tahun 2004-2008, saya katakan sekarang ini merupakan kondisi surut kami. Dulu, setiap wahana yang ada selalu dipadati pengunjung. Akhirnya, pedagang yang ikut juga banyak dan itu meringankan biaya sewa tempat. Bisa dikatakan saat itu merupakan masa jaya bisnis pasar malam.
Tapi saya optimis ke depan bisnis ini tetap berjalan. Saya selalu sampaikan ke seluruh karyawan apapun kondisinya sepi atau ramai, harus tetap dijalankan secara optimal sehingga pengunjung tidak kecewa. Semua harus dijalankan secara profesional karena ini modal utama menjalankan bisnis. Itulah dinamika bisnis yang harus dijalankan. Apapun kendalanya harus dilalui demi kelangsungan bisnis.
Bagaimana meminimalkan insiden di Wahana?
Saya masih ingat ketika terjadi insiden digelaran dugderan di Kota Semarang, pada 2011 lalu. Hasil investigasi, pemasangan wahana tidak pernah di aspal sehingga seakan-akan getaran mesin menjadi pemicu baut wahana lepas sehingga insident terjadi. Berkaca dari paengalaman itu , saya sangat menekankan safety. Bagaimanapun, keamanan dan kenyamanan menjadi fokus utama bisnis ini.
Saya berkali kali, bahkan setiap hari, saya memantau meskipun melalui sambungan telepon untuk memastikan mandor dan karyawan mengecek keamanan setiap wahana yang dijalankan. Apabila ada baut atau mur yang aus harus diganti agar tidak menimbulkan musibah. Pengecekan dilakukan jelang sore.
Untuk wahana yang sekiranya sudah berumur, saya ganti juga dengan yang baru. Bahkan demi menghadapi persaingan di bisnis ini secara bertahap saya kompinasikan antara yang tradisional dan wahana modern.
Hal utama apa yang harus dimiliki untuk menjalankan bisnis ini?
Berdasarkan pengalaman, tolak ukur bisnis pasar malam adalah prinsip kejujuran. Baik itu antara pimpinan dengan karyawan, karyawan dengan mitra, masyarakat setempat, hingga pengunjung.
Selain itu konsekuen. Perubahan tentu boleh dan wajib. Tetapi tidak boleh mengurangi rasa senang, nyaman, maupun keamanan pengguna wahana Setidaknya, meskipun pasar malam, juga menyuguhkan produk yang mengikuti perkembangan zaman dan tidak monoton.
Karena ini usaha dilapangan, perbanyak silaturahim serta komunikasi dengan lingkungan setempat. Mereka yang berada di sekitar lokasi kegiatan pun diajak bekerja sama. Misal remaja, dilibatkan mengurus parkir kendaraan pengunjung. Tujuannya memperoleh kepercayaan dan saling membawa keuntungan bersama. Itu yang selalu saya terapkan, dan hasilnya Diana Ria tetap menjadi perusahaan pasar malam yang dipercaya mitra maupun publik, baik di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, hingga Jawa Barat.
Biodata Singkat:
Nama: Muntohar
Lahir: Demak,6 Agustus 1975
Istri: Sumarni
Anak : Diana Litasari
Pendidikan : Sedang menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Unisula
Jabatan:
- Pendiri, pemilik dan direktur utama CV Diana Ria
- Wakil ketua DPD Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) Jawa Tengah
- Ketua RW 4 Desa Bulusari kecamatan Sayung
- Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Demak
Sumber : Tribun Jateng
KOMENTAR