Suatu yang menggembirakan hanya dengan 2 K bisa menikmati minuman tradisional wedang jamu coro yang pernah nge-hit populer ditahun 90an. Minuman khas demak berbahan rempah jahe serai merica tepung beras dan gula jawa ini terasa pedas gurih manis hangat menyegarkan.
Apakah di tempatmu masih ada yang jualan minuman enak ini? Suatu yang menggembirakan bisa ketemu minuman favorit yang pernah nge-hits di era 90an, yaitu wedang jamu coro atau wedang jung. Minuman tradisional yang diklaim khas jawa tengah (orang demak mengklaim minuman khas Demak) ini memiliki cita rasa hangat gurih manis dan menyegarkan, karena terbuat dari rempah-rempah, potongan kelapa dan gula jawa.
Hanya dengan merogoh kocek 2K (K istilah kekinian untuk menyebut angka ribuan) kita bisa menikmati semangkuk minuman hangat jamu coro di sebuah gerobak yang mangkal setiap pagi di daerah mbengkal 100 meter dari kantor kecamatan mijen.
Bahan-bahan rempah seperti jahe, serai dan merica memberi cita rasa jamu coro ini berasa harum pedas dan hangat menyegarkan. Ciri khas minuman ini adalah bertekstur kental dan berwana coklat muda alami. Tekstur dan warna ini berasal dari bahan tepung beras yang disangrai bersama rempah hingga harum dan berwarna kecoklatan.
Minuman ini memiliki manis sesuai kebutuhan lidah orang jawa dengan menggunakan pemanis gula jawa atau gula aren. Penggunaan gula jawa ini juga memunculkan aroma yang khas sehingga minuman ini bercita rasa unik. Penambahan potongan kelapa yang empunk dan kenyal menjadikan minuman ini makin mantab.
Begitu menyerutup satu sendok jamu coro, ingatan terpantik menelusur ruang waktu masa lalu saat menikmati wedang jamu coro. Dahulu minuman ini menjadi teman setia saat kumpul bersama, dinikmati sambil nyemil jajan tradisional seperti getuk, aneka jajan rebus seperti pisang, kacang, dan ubi.
Dahulu minuman ini dijajakan keliling diletak dalam wadah gentong kecil yang disebut "kelenting" dibalut karung tebal dan digendong seperti jamu gendong. Ada juga yang dijual mangkal atau warungan namun tetap diletakkan dalam gentong yang terbuat dari tanah liat.
Penjual wedang jamu coro dengan gerobak di mbengkal kecamatan mijen |
Seiring perkembangan zaman penjualan jamu coro kini menggunakan gerobak atau sepeda tidak lagi digendong. Wadah yang dipakai pun bukan lagi gentong yang terbuat dari tanah liat, namun panci yang terbuat dari logam alumunium. Agar suhu minuman jamu coro tetap hangat, para penjual memanasinya dengan memasang kompor gas. Penggunaan gerobak dan panci alumunium ini saya temui di daerah mbengkal kecamatan mijen kabupaten Demak. Meskipun demikian masih ada yang mempertahankan penggunaan gentong. Hal ini untuk menjaga cita rasa dan ciri khas jamu coro.
Penjual jamu coro keliling dengan sepeda berasal dari Desa Rejosari Kecamatan Karang Tengah |
By the way, meskipun minuman tradisional ini cocok untuk nostalgia masa lalu, namun miunam jamu coro ini tetap kekinian dan cocok untuk anak muda jaman sekarang. Kelebihan minuman ini adalah terbuat dari bahan-bahan alami yang baik untuk kesehatan, sehingga tidak menimbulkan efek buruk bagi kesehatan sebagaimana miuman-minuman instant zaman sekarang yang terbuat dari bahan kimia.
KOMENTAR