Kalau FDS jadi di Fardhu Ainkan (diwajibkan) ke sekolah - sekolah seluruh negeri, kemana nanti Anak-Anak Diniyyah yang di Depan rumah saya mesti sekolah? Orang gedungnya gantian, Pagi untuk MI, siang sampe sore untuk Madrasah Diniyah. Lalu bagaimana nasib ibu guru yang kebetulan punya balita yang harus di-mong. Sementara penghasilan tidak cukup untuk bayar baby sitter?
Gambar hanya ilustrasi dari internet, mewakili ribuan guru-guru yang mengalami masalah serupa. |
Gak intelek blas , saya ini.
Dibandingkan kaum kota itu, saya ini masih NGAH-NGOH ( Blo on ) maqomnya.
Tetapi memang mau tidak mau saya kudu mikir, Kalau FDS jadi di Fardhu Ainkan (diwajibkan) ke sekolah - sekolah seluruh negeri, kemana nanti Anak-Anak Diniyyah yang di Depan rumah saya mesti sekolah? Orang gedungnya gantian, Pagi untuk MI, siang sampe sore untuk Madrasah Diniyah.
Saya yakin Bapak-Bapak dari Jakarta itu belum pernah SIDAK ketempat saya. Sehingga enggak tahu kalau disini MI dan Madin itu rerukunan menggunakan satu gedung bersama sama.
Jika sekarang sudah mengerti, sudah baca tulisan saya ini, Tetapi tetep bilang FDS Harga Mati, , , is is iiiiiss.
TEGA NIAN KAU, PAK !
O ya ... Sekedar info, Paak. Ada banyak guru Perempuan disini, Ngajar pagi, selalu bawa anaknya yang kecil. Maklum pak,
Orang desa, meskipun guru, belum kelar mbayarin Baby Sister. PNS saja belum dia .
Sebut saja Bu guru Jaenab sama Buguru Hindun . Kalau ngajar, anaknya dibawa.
Saya lihat kasihan betul anaknya itu.
Sementara ibunya kerja ( ngajar) anak-anak itu ' dipaksa ' main -main sendiri. Akhirnya tidak lama sudah bosan, Nangis. .. ! Padahal baru setengah main ( jam 10 siang).
Dan kalau sudah menjelang lohor, terlihat gantian Ibu-Ibunya yang ' nangis '. Nangis karena Capek ngajar, tapi kasihan lihat anaknya sendiri yang Ndlongopan , BORING ...!
Memang sejak kapan Sekolah itu jadi arena permainan anak - anak di bawah umur? Tidak ,kaan ....
Hanya, mau bagaimana lagi. .. ?
keadaan orang kampung itu memang begitu, Pak.
Makanya, Jangan sampai Buguru Jaenab WA Hindun kena FDS, dech .
Bisa-bisa masuk jam tiga sore , anak sama ibunya semaput nang Nggon!!! (Pingsan di tempat).
Saya yakin Bapak-Bapak belum penah KUNKER ketempat saya ini, Kalau sudah pernah pasti bapak-bapak akan lihat keadaan dua Buguru tadi . Kalau sudah saya ceritakan begini, bapak-bapak masih maksa juga? Yaa Salaam ....
Bapak masih manusia juga, kan? Enggak trenyuh lihat wajah-wajah lelah mereka???
Jangan sampai Bapak nyebapin saya Suudhon. Bapak - Bapak ini pandai, tetapi tidak pernah belajar. Tidak pernah ngaji Ngelmu Tuwo ( humanism) tetapi Bapak - Bapak pinter karena belajar Ilmu Dunyo ( kapitalisme)
Atau ... Bapak-bapak tidak pernah dekat sama Honey, tetapi deket sama Money .
Please, , , Pak. Jangan bikin kotor hati saya karena Suudhon sama Bapak-Bapak. Karena saya masih yakin, bapak - bapak itu orang Baek.
Kami, eh ...saya saja yang Blegedes, La Yu'bau bihi . Maklum, Gak tau mangan sekolahan kaya Bapak.
Penulis : Madad Salim
KOMENTAR